Antonius Rio Alex Bulo atau lebih dikenal dengan nama Rio Martil (lahir di Sleman, 2 Mei 1978 – meninggal di Karangtengah, Banyumas, 8 Agustus 2008 pada umur 30 tahun) adalah pembunuh 4 orang yang diketahui sebagai pemilik rental mobil yang kemudian mobilnya dicuri oleh Rio. Nama Rio Martil muncul dikarenakan ia membunuh dengan menggunakan martil. Ia divonis mati Pengadilan Negeri Purwokerto pada 14 Mei 2001 yang kemudian dijebloskan ke penjara Nusakambangan. Pada Mei 2005, ia kemudian membunuh koruptor Iwan Zulkarnaen, sementara ia menunggu vonis mati terhadap dirinya.
Sedari kecil, Rio dikenal sebagai anak nakal. Polahnya membuat orangtuanya tidak mampu menanganinya lagi. Padahal kala itu Rio masih 8 tahun. Orangtuanya pun mengungsikan Rio kecil dari Sleman (Yogyakarta) ke Jakarta, ikut kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.
Di Jakarta, kenakalan Rio menjadi-jadi ketika ayahnya tak lagi mengakuinya sebagai anak. Penyebabnya, Rio tak mau pindah agama yang dipeluk sang ayah. Kasih sayang keluarga yang diimpikan Rio pun semakin tercerabut.
Rio lalu berteman dengan preman Senen, sering bolos sekolah, mabuk-mabukan, hingga mengganja. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.
Rio menghidupi dirinya dengan menjual surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia beralih profesi sebagai pencuri mobil. Dalam tiga hari, dia bisa menggasak tiga mobil. Hidupnya makmur. Pada istrinya, dia mengaku berjualan pakaian.
Pria berdarah Sulawesi ini kesandung masuk bui setelah penadahnya melaporkan dia ke polisi karena melarikan mobil 'bos'-nya itu. Ketika bebas, Rio terpaksa menekuni profesinya sebagai pencuri mobil lagi karena sudah kadung menerima persekot mencuri mobil.
Tapi karena di Jakarta dia sudah terkenal sebagai penjahat kambuhan, akhirnya Rio pindah operasi. Selain pindah tempat, dia juga ganti modus. Dia membekali diri dengan martil dan tak segan-segan membunuh. Sasarannya kini adalah pengusaha penyewaan mobil.
Bidikan pertama Rio adalah Surabaya. Dengan martil mautnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Di Semarang, Rio melarikan Izusu Panther setelah menggetok mati dua orang dengan martil kesayangannya. Di Yogya, percobaan pembunuhannya gagal.
Rio tak putus asa. Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung.
Dan inilah akhir petualangan pembunuh berwajah innocent ini. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.
Dan ketika diganjar hukuman maksimal itu, Rio bertekat untuk bertobat. "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan," ujar Rio di LP Purwokerto seperti dilansir Kompas edisi 3 Juni 2001.
Pada Agustus 2004, pria yang kemudian digelari 'Rio Martil' itu dipindahkan ke Nusakambangan. Pada Desember 2004, Iwan Zulkarnaen, koruptor Rp 40 miliar dan divonis 16 tahun, dibui di LP yang sama. Karena sama-sama pernah mengecap tanah Sulawesi, membuat Rio dan Iwan cepat akrab. Bahkan Iwan pun mengajari Rio mengaji. Cocok dengan niat Rio untuk bertobat.
Tapi rupanya 'bakat' membunuh itu tak juga sirna dari Rio. Hanya karena diledek Iwan bahwa dia hanya bertaji di luaran saja, Rio naik pitam. Segera dia hantamkan kepala guru mengajinya itu ke tembok sel. Dia menghabisi nyawa Iwan dengan tangan kosong, tanpa sang martil maut.
Pada tanggal 8 Agustus 2008 ia dihukum mati oleh regu tembak dan dimakamkan di Kejajar, Banyumas, Banyumas.
Sedari kecil, Rio dikenal sebagai anak nakal. Polahnya membuat orangtuanya tidak mampu menanganinya lagi. Padahal kala itu Rio masih 8 tahun. Orangtuanya pun mengungsikan Rio kecil dari Sleman (Yogyakarta) ke Jakarta, ikut kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.
Di Jakarta, kenakalan Rio menjadi-jadi ketika ayahnya tak lagi mengakuinya sebagai anak. Penyebabnya, Rio tak mau pindah agama yang dipeluk sang ayah. Kasih sayang keluarga yang diimpikan Rio pun semakin tercerabut.
Rio lalu berteman dengan preman Senen, sering bolos sekolah, mabuk-mabukan, hingga mengganja. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.
Rio menghidupi dirinya dengan menjual surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia beralih profesi sebagai pencuri mobil. Dalam tiga hari, dia bisa menggasak tiga mobil. Hidupnya makmur. Pada istrinya, dia mengaku berjualan pakaian.
Pria berdarah Sulawesi ini kesandung masuk bui setelah penadahnya melaporkan dia ke polisi karena melarikan mobil 'bos'-nya itu. Ketika bebas, Rio terpaksa menekuni profesinya sebagai pencuri mobil lagi karena sudah kadung menerima persekot mencuri mobil.
Tapi karena di Jakarta dia sudah terkenal sebagai penjahat kambuhan, akhirnya Rio pindah operasi. Selain pindah tempat, dia juga ganti modus. Dia membekali diri dengan martil dan tak segan-segan membunuh. Sasarannya kini adalah pengusaha penyewaan mobil.
Bidikan pertama Rio adalah Surabaya. Dengan martil mautnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Di Semarang, Rio melarikan Izusu Panther setelah menggetok mati dua orang dengan martil kesayangannya. Di Yogya, percobaan pembunuhannya gagal.
Rio tak putus asa. Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung.
Dan inilah akhir petualangan pembunuh berwajah innocent ini. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.
Dan ketika diganjar hukuman maksimal itu, Rio bertekat untuk bertobat. "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan," ujar Rio di LP Purwokerto seperti dilansir Kompas edisi 3 Juni 2001.
Pada Agustus 2004, pria yang kemudian digelari 'Rio Martil' itu dipindahkan ke Nusakambangan. Pada Desember 2004, Iwan Zulkarnaen, koruptor Rp 40 miliar dan divonis 16 tahun, dibui di LP yang sama. Karena sama-sama pernah mengecap tanah Sulawesi, membuat Rio dan Iwan cepat akrab. Bahkan Iwan pun mengajari Rio mengaji. Cocok dengan niat Rio untuk bertobat.
Tapi rupanya 'bakat' membunuh itu tak juga sirna dari Rio. Hanya karena diledek Iwan bahwa dia hanya bertaji di luaran saja, Rio naik pitam. Segera dia hantamkan kepala guru mengajinya itu ke tembok sel. Dia menghabisi nyawa Iwan dengan tangan kosong, tanpa sang martil maut.
Pada tanggal 8 Agustus 2008 ia dihukum mati oleh regu tembak dan dimakamkan di Kejajar, Banyumas, Banyumas.
sumber : wikipedia.org
0 comments:
Posting Komentar